Kala senja merekah di ufuk timur, tubuhku yang masih terasa lemas untuk bangkit dari pembaringan seiring kumandang lantunan azan yang merdu menghiasi awan. aku ambil wudhu dan Shalat setelah itu seraya berdoa padaNYA …ya Robb berkahi hidupku pagi ini, setelah itu aku bersiap-siap untuk bekerja, dalam perjalanan aku melihat sosok keluarga yang bertengkar antara anak dan orang tuanya dengan bahasa yang keras/kasar. Dan aku berdiam dan merenung sambil teringat kisah cerita teman ku tentang apa arti dari keluarga.
Ceritanya seperti ini :
Ihwal bermula seorang kakek tua lunglai di pembaringan di sebuah rumah
sakit, sekian lama sang Kakek tergolek diranjang putih rumah sakit. haripun berganti sang ayah mulai membaik kondisinya, Rani si anak tunggal dari sang kakek membujuk sang ayah untuk pulang dan tinggal bersama keluarganya.
namun sang kakek menolak dia tetap ingin tinggal dirumah gubuk yang dulu ia bangun bersama mendiang sang istri tercinta dan dari sanalah semua kebahagian juga duka bermula, sekaligus merangkai impian masa depan bersama mendiang sang istri tercinta dan anaknya, yang dulu masih kecil. Kini jaman telah bergulir anaknya telah dewasa dan berkeluarga, tanpa terasa segalanya berubah.
Rani membuju dan memaksa sang ayah untuk tinggal bersamanya demi kesehatan dan hidupnya yang lebih baik, akhirinya sang ayah mengikuti bujukan sang anak, dan pulanglah sang ayah bersama keluarga anaknya, tibalah mereka dirumah Rani putri kesayangan sang ayah, rumah yang kokoh bergaya kota dan sangat indah inilah milik si rani. Hari berganti dan masapun berjalan, beriringan dengan datangnya bulan mulia (Ramadhan) awal kehidupan baru sang ayah walau tanpa istri tercinta yang telah lama meninggalkanya namun di hatinya sang istri tetap melekat seakan dia masih ada .
Senja mulai surut dilangit beduk maghrib bertalu saatnya berbuka, seperti tradisi dinegeri ini berbuka bersama keluarga adalah sesuatu yang begitu indah, dan inilah saat semua berada disatu meja keakraban mulai terasa. sang ayah merasa temukan sebuah kehidupan yang baru bersama keluarga sang anak, Rani coba tunjukan baktinya pada sang ayah dengan setia dan menuangkan segelas air teh ke gelas sang ayah tercinta, gelas mulai terangkat perlahan oleh raihan tangan sang ayah yang gontai dan gemetaran karena usia dan kondisinya yang belum begitu membaik, tak kuasa sang ayah menahan secanggkir teh dari tangannya lalu tumpahlah teh kelantai ….hancur berantakan ..
Hari pertama berlalu berganti hari berikutnya. dan hari – harinya mulai dia jalani seperti hari-hari yang lalu saat berbuka puasa, namun tak dipungkiri selalu saja ada gelas ataukah piring yang hancur menimpa lantai karena perbuatan sang ayah .Rani tak habis pikir apa yang hendak dia perbuat untuk ayahnya yang lanjut dan tak berdaya itu. suami rani si menantu sang ayah membisikkan sebuah solusi kepada istrinya dan mungkin demi kebaikan sang ayah. agar si ayah makan terpisah dari meja makan dan menggunakan meja dan alat makan khusus untuk si ayah tersebut, dihari berikutnya suasana berbuka berubah Rani, dan keluarganya makan di meja makan dengan nikmat, sementara sang ayah di sudut ruangan menikmati makanan yang telah di sediakan untuknya dengan peralatan makan khusus untuknya. Seraya menangis di dalam hati sang ayah melahap makanan dengan gemetaran …dalam hati sang ayah muncul berjuta kesedihan seakan ia tak temukan keluarganya yang memeluknya penuh keakraban, kini si ayah nikmati sendiri hidangannya tanpa ada anak, menantu dan cucu-cucunya di sampingnya menikmati hidangan bersamanya. kini sang ayah hanya ditemani siputih seekor kucing yang selalu makan didekatnya dengan piring khusus pula sama seperti dirinya.
Hari berikutnya di saat yang sama pula sang ayah harus makan sendiri di sudut pintu dan teringat kembali kenangan masa lalu ketika masa muda bersama istri dan anak tercinta yaitu Rani, berkumpul bersama, bercengkraman ria dengan penuh canda dan bahagia…..kemudian terdiam sejenak dari makannya sambil berlinang air mata, sambil menangis lirih terdengar dari mulut sang ayah dan mata berurai air mata. Sehingga terkejut si Rani ada apakah gerangan yang ditangisi ayahnya tercinta, perlahan tangan Rani mengusap air mata sang ayah, lalu tak sengaja rani menoleh ke kiri menatap seekor kucing yang makan di samping ayahnya, hati Rani sadar dia telah bersalah dirangkulnya tubuh sang ayah dan anak menantu pun ikut juga sambil berurai air mata. semua keluarga itu tak kuasa menahan haru biru tangis sebuah penyesalan, tampa terasa malam itu telah genap-lah mereka berpuasa, disambut pula dengan lantunan syahdu takbir kemenangan menyambut Hari Idhul Fitri. Sang ayahpun merasa senang dan terharu karena menemukan kembali keluarganya bersama anak, cucu-cucu dan menantu tanpa sang Istri.
Inilah akhir cerita dari sebuah Arti keluarga.
Coba kita mulai renungi kisah tadi, dan ambil pelajaran berharga darinya,
betapa berharganya arti sebuah keluarga, dan juga dibalik semua tenyata sesuatu yang menurut kita baik dan bermanfaat bagi orang lain ternyata malah sebaliknya
yaa Allah dalam doaku yang aku panjatkan padamu akan selalu kusebut nama ayahku
berikanlah kami naungan kebahagian dan kehangatan di sisi keluarga kami.
semua aku serahkan pada MU Ya Robbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar ?